oleh A. Sahrul Asri (CGP Lobar Angkatan II)
Sebagai seorang calon guru penggerak diharapkan mampu menjadi penggerak perubahan pendidikan yang dapat mengelola sumber daya yang ada menjadi asset atau kekuatan lembaga yang dapat mewujudkan merdeka belajar dan berpihak pada murid.
Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit based thinking) dan pendekatan Asset Based Thinking). Pendekatan berbasis kekurangan atau masalah atau deficit based thinking lebih berfokus pada kekurangan masalah yang mengganggu sehingga melupakan potensi yang ada. Sewdangkan, pendekatan berbasis asset atau kekuatan (asset based thinking) yang berfokus pada asset atau kekuatan yang ada yang bisa dioptimalkan dan diberdayakan dalam mendukung program sekolah yang berpihak pada murid.
Sebagai sebuah ekosistem, sekolah memiliki faktor biotik dan abiotik. Biotik adalah aset yang berasal dari sumber daya manusia seperti kepala sekolah, dewan guru, murid, wali murid, dan warga sekitar sekolah. Sedangkan, faktor abiotik berupa keuangan, kurikulum, sarana prasarana, dan lingkungan. Kedua faktor tersebut sangat berperan dalam proses pengelolaan sumber daya di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah komitmen yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memberdayakan berbagai kekuatan aset yang dimiliki oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua ekosistem sekolah baik dewan guru, staff, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara kolaboratif memetakan segala kekuatan aset yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
Salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah yaitu aset manusia. Jika aset manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Dengan demikian, sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan terus berkembang dengan maksimal.
Kaitan Modul 3.2 dengan Materi pada Modul Sebelumnya
Seorang pemimpin harus mampu mengelola dan memberdayakan beberapa aset yang dimiliki sekolah seperti aset manusia. Pemimpin harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupannya.
Seorang pemimpin harus mampu memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah utamanya guru agar dapat menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan diterapkan nilai-nilai ini maka sekolah akan dapat mewujudkan profil pelajar pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.
Materi pada modul ini juga berkaitan dengan materi visi guru penggerak. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan tentunya visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dengan demikian modul ini pun berkaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif.
Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.
Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian maka siswa akan dapat berkembang dengan maksimal.
Pada modul ini seorang pemimpin sudah mempelajari bagaimana mengambil sebuah keputusan dengan sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Keputusan tersebut melalui sembilan langkah yang harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang tepat saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.