Sepeninggal orang tuanya, Buyung menghamburkan harta warisannya. Walhasil, dalam waktu singkat harta warisannya ludes. Kini Buyung tidak lagi memiliki harta dan pekerjaan.
Sang Istri menyarankan Buyung berguru kepada orang pandai. Merasa usul sang Istri masuk akal, Buyung setuju. Keesokan harinya ia pergi merantau mencari guru.
Buyung bertemu guru yang arif dan bijaksana. Sang Guru memberi Buyung sebuah nasihat. Buyung harus mengerjakan sesuatu yang baik. Buyung mempraktikkan nasihat itu, tetapi hidupnya tak kunjung membaik.
Buyung mencari guru lain. Guru itu menasihati, "Jangan berangan- angan pada sesuatu yang tidak masuk akal!" Buyung mempraktikkan nasihat itu, tetapi tidak manjur juga. Begitu pun nasihat guru ketiga yang tidak mengubah kehidupannya.
Sementara, guru keempat menasihatinya agar mau menolong orang lain. Setelah itu. Buyung berhenti mencari guru.
Buyung lantas mengganti namanya menjadi Telu Pak. "Telu" berarti tiga dan "Pak" berarti empat. Telu Pak berarti orang dengan tiga hingga empat guru la berharap nama Telu Pak dapat membawa berkah
Pada tengah malam seseorang datang menggendong jenazah temannya. la meminta Telu Pak menguburkannya dengan layak. Telu Pak ingin menolak, tetapi ia teringat wejangan guru keempatnya. Telu Pak pun menolong orang tersebut.
Saat sedang menggali, cangkulnya membentur sebongkah intan. Telu Pak kaget bercampur senang menemukan sebongkah intan. Usai menguburkan jenazah itu, Telu Pak membawa intan itu pulang.
Pada hari berikutnya Telu Pak menjumpai pedagang batu mulia. Sang Pedagang bersedia menukar tokonya dengan intan Telu Pak. Untuk melakukan penukaran, mereka harus meminta restu sang Raja.
Ternyata raja juga tertarik pada intan Telu Pak. la mengaku bahwa intan itu bagian dari intan yang dimilikinya. Namun, Telu Pak berhasil membuktikan jika intan itu miliknya. Raja pun terpaksa memberikan restunya. Akhirnya, Telu Pak dapat memiliki toko si Pedagang. Dia mengelola toko itu hingga menjadi pedagang sukses.