Sumber: Buku Kisah Nusantara |
Namun, seorang ahli nujum istana memberikan kabar yang kurang menyenangkan.
"Apa maksudmu, putraku akan membawa malapetaka?" tanya raja.
"Menurut ramalan, kelak anak ini akan membunuh Baginda." Si Ahli Nujum menjawab dengan gugup pertanyaan raja.
Beruntung, kuasa Tuhan menyelamatkan bayi tersebut dan membuatnya terdampar di Negeri Siam. Ratu Siam kemudian menemukan bayi tersebut dan membesarkannya sebagai anak sendiri. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sakti.
Suatu hari, sang Putra bertanya pada Ratu Siam tentang asal-usulnya. Ratu Siam menceritakan tentang peti yang membawanya ke Siam dan tanda di peti itu yang menandakan bahwa ia adalah putra Raja Jambi.
Sang Putra marah ketika mengetahui bahwa ia telah dibuang dan memutuskan untuk menyerang negeri ayahnya. Ratu Siam diam-diam mengirim utusan ke Negeri Jambi untuk menyampaikan rencana penyerangan sang Putra.
Namun, perang tidak bisa dihindari dan akhirnya Raja Tan Talanai bertemu dengan putranya. Keduanya sama-sama sakti sehingga pertempuran berlangsung lama. Akhirnya, Raja Tan Talanai menyadari kesalahannya dan mengalah dalam pertempuran.
Melihat kesungguhan ayahnya, sang Putra menjadi luluh dan akhirnya keduanya berpelukan erat serta saling memaafkan. Beberapa tahun kemudian, sang Putra menjadi Raja Siam dan mengundang ayah dan ibunya untuk tinggal bersama di Siam. Mereka hidup bahagia bersama.
Pesan Moral
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dalam menjalani hidup dan mempercayai kehendak Tuhan. Raja Tan Talanai selalu berdoa dan akhirnya diberikan anugerah berupa seorang putra, namun ia terjebak pada ramalan dan mengambil tindakan yang keliru. Sang Putra yang telah dibuang, mengalami perjalanan hidup yang sulit namun dengan kecerdasan dan kekuatannya, ia berhasil menjadi Raja Siam dan memaafkan ayahnya.