Sumber: Buku Kisah Nusantara |
Suatu hari, Guru Abdullah memanggil Anok Lumang dan bertanya mengapa ia belum menikah. Guru Abdullah mengatakan bahwa ada banyak gadis cantik di desa mereka dan pasti ada yang cocok untuk Anok Lumang. Namun, Anok Lumang merasa tidak yakin karena ia hanya seorang yatim piatu yang miskin dan dianggap rendah oleh penduduk desa.
"Anok Lumang, mengapa kamu belum juga menikah? Ada banyak gadis cantik di kampung ini. Tidak adakah yang cocok untuk kau jadikan istri?" tanya Guru Abdullah.
"Saya hanya seorang yatim piatu miskin. Jangankan menikah. Berteman dengan
saya pun mereka tidak mau," jawab Anok Lumang.
"Tabahlah selalu!" kata Guru Abdullah iba.
Guru Abdullah memberikan nasihat kepada Anok Lumang agar terus bekerja keras dan rajin berdoa. Ia mengatakan bahwa Tuhan pasti akan memberikan petunjuk. Anok Lumang mematuhi nasihat Guru Abdullah dan terus berusaha untuk memperbaiki hidupnya.
Pada suatu malam, Anok Lumang bermimpi dan Tuhan memberikan petunjuk kepadanya untuk bekerja lebih rajin dan menabung. Setelah tabungannya terkumpul, Anok Lumang diminta untuk merantau ke kota. Ia memutuskan untuk mengikuti petunjuk dari Tuhan dan berangkat ke kota.
Ketika tiba di kota, Anok Lumang merasa kesulitan karena uangnya semakin menipis dan ia tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Namun, ia tetap berusaha untuk bertahan dan tidak pernah putus asa. Kemudian, ia mengetahui tentang sebuah sayembara yang diadakan oleh Penguasa Kota yang membutuhkan seseorang yang dapat menyembuhkan anak gadisnya yang sedang sakit.
Anok Lumang tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan sang gadis, namun ia percaya bahwa Tuhan pasti akan menolongnya. Ia pun berdoa kepada Tuhan agar diberikan petunjuk. Pada saat yang sama, Tuhan menjawab doanya dan dengan keajaiban, sang gadis yang sakit itu tiba-tiba saja sembuh.
"Ayah... Ibu...!" seru gadis itu yang secara ajaib bangun dari sakitnya.
Penguasa Kota memberikan hadiah kepada Anok Lumang atas kesembuhan anak gadisnya. Ia juga menawarkan Anok Lumang untuk menikahi anak gadisnya. Anok Lumang tidak menolak tawaran tersebut dan ia pun menikahi sang gadis.
Setelah beberapa tahun, Anok Lumang dan keluarganya memutuskan untuk pulang ke desa kelahirannya. Ketika Anok Lumang dan keluarganya kembali ke kampung halaman, mereka mendapati bahwa kondisi kampung halaman mereka tidak berubah sama sekali. Masih banyak orang miskin yang hidup susah dan tidak ada yang peduli. Anok Lumang merasa iba melihat keadaan tersebut, sehingga ia berinisiatif untuk membantu masyarakat sekitar.
Anok Lumang memulai dengan memberikan sedekah dan membangun beberapa fasilitas umum seperti jalan dan masjid. Ia juga membantu masyarakat untuk memperbaiki rumah-rumah yang rusak dan memberikan bantuan untuk memulai usaha kecil-kecilan. Tidak hanya itu, Anok Lumang juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Dalam waktu singkat, Anok Lumang telah berhasil memperbaiki kondisi kampung halaman mereka. Masyarakat setempat mulai menghormatinya dan merasa terbantu dengan tindakan Anok Lumang. Selain itu, Anok Lumang juga membuka tempat pembelajaran agama bagi anak-anak yang kurang mampu.
Namun, keberhasilan Anok Lumang ini tidak diterima oleh semua orang. Ada sekelompok orang kaya dan berpengaruh di daerah tersebut yang merasa terancam dengan kehadiran Anok Lumang. Mereka tidak ingin masyarakat terbiasa dengan kondisi yang lebih baik dan merasa bahwa keberhasilan Anok Lumang dapat mengancam kepentingan mereka.
Anok Lumang telah menjadi teladan bagi masyarakat setempat. Ia telah membuktikan bahwa dengan kerja keras dan ketulusan hati, siapa saja bisa mencapai keberhasilan. Anok Lumang juga menunjukkan bahwa kebaikan hati dan keikhlasan dalam membantu orang lain dapat memberikan dampak yang besar bagi masyarakat.
Kisah Anok Lumang mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan dan menjalani kehidupan dengan penuh kebaikan hati. Anok Lumang adalah bukti bahwa siapa saja, bahkan orang miskin dan terpinggirkan, dapat mencapai keberhasilan dan meraih penghormatan dengan membantu sesama.