Cerita Rakyat Bangka Belitung: Si Kelingking

Sumber: Buku Kisah Nusantara

Terdapat sebuah kisah tentang sepasang suami istri yang hidup dalam kemiskinan di sebuah desa. Meskipun kehidupan mereka miskin, mereka tetap merasa bahagia dan selalu rukun. Sayangnya, meskipun mereka sudah lama menikah, pasangan suami istri tersebut belum memiliki seorang anak.

Karena mereka sangat menginginkan seorang anak, pasangan suami istri itu senantiasa berdoa kepada Tuhan. Mereka memohon agar Tuhan dapat memberikan mereka seorang anak, meskipun hanya sebesar kelingking. Doa mereka akhirnya dikabulkan oleh Tuhan yang Mahakuasa, dan akhirnya sang istri hamil dan melahirkan seorang anak.

Namun, ketika mereka melihat bayi yang dilahirkan, mereka terkejut karena bayi itu hanya seukuran kelingking. Namun, meskipun begitu, pasangan suami istri tersebut sangat menyayangi bayi itu dan memanggilnya dengan sebutan si Kelingking.

Namun, seiring berjalannya waktu, si Kelingking memiliki kebiasaan makan yang sangat banyak, sehingga membuat kedua orang tuanya merasa kesal. Mereka merencanakan untuk menyingkirkan si Kelingking. Keesokan harinya, sang ayah membawa si Kelingking ke hutan untuk mengeksekusi rencana itu. Dia mengarahkan pohon yang ditumbangkan tepat ke arah si Kelingking, dan kemudian memastikan bahwa si Kelingking tidak terlihat lagi sebelum kembali ke rumah.

Namun, tiba-tiba terdengar suara dari luar, ternyata si Kelingking masih hidup dan berhasil pulang ke rumah. Ini membuat orang tua si Kelingking sangat terkejut dan khawatir. Namun, sejak kejadian itu, kehidupan mereka semakin sulit. Si Kelingking semakin banyak makan dan membutuhkan perhatian lebih dari orang tua.

Karena kesulitan yang semakin bertambah, orang tua si Kelingking akhirnya berencana untuk kembali menyingkirkan si Kelingking. Kali ini, sang ayah membawa si Kelingking ke gunung dan mengarahkan batu besar yang akan menindih si Kelingking. Namun, tiba-tiba terdengar suara si Kelingking dari luar rumah. Si Kelingking berhasil selamat dan berhasil kembali pulang.

Setelah menyadari bahwa si Kelingking adalah anugerah dari Tuhan, pasangan suami istri tersebut memutuskan untuk menerima kembali si Kelingking dan tidak lagi mencoba untuk menyingkirkannya. Si Kelingking juga menjadi semakin rajin dan berusaha untuk membantu orang tuanya. Karena bantuan si Kelingking, kehidupan mereka akhirnya menjadi lebih baik.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur dan menerima semua karunia Tuhan dengan tulus hati. Kita tidak boleh meremehkan kehidupan dan cenderung menolak apa yang diberikan kepada kita. Kita harus bersyukur dan menerima setiap hadiah yang Tuhan berikan dengan hati yang ikhlas dan tulus. Hal ini akan membawa kebahagiaan dan keberkahan di dunia dan akhirat.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama