Muria dan Sengede adalah dua bersaudara dari Johor. Suatu hari keduanya sedang menggembala itik sambil bermain layang-layang. Angin kencang tiba- tiba datang dan membuat layang-layang mereka putus. Mereka mengejar layang-layang itu hingga jauh. Saat mereka kembali di tempat semula, itik mereka sudah tidak ada. Mereka mencari itiknya yang hilang, tetapi tidak menemukannya. Akhirnya, mereka pulang dengan kecewa.
Muria dan Sengede adalah dua bersaudara dari Johor. Suatu hari keduanya sedang menggembala itik sambil bermain layang-layang. Angin kencang tiba- tiba datang dan membuat layang-layang mereka putus. Mereka mengejar layang-layang itu hingga jauh. Saat mereka kembali di tempat semula, itik mereka sudah tidak ada. Mereka mencari itiknya yang hilang, tetapi tidak menemukannya. Akhirnya, mereka pulang dengan kecewa.
Setibanya di rumah, ayah mereka marah. Mereka dihukum. Hukumannya, mereka harus menemukan itik-itik itu. Berhari- hari mereka mencari itik hingga tiba di Negeri Serule. Mereka jatuh lemas hingga seseorang melaporkannya kepada Raja Serule.
Mendengar laporan itu sang Raja menerima mereka tinggal di istana. Kedatangan Muria dan Sengede membuat kehidupan di negeri itu semakin makmur. Raja Serule kemudian mengangkat dua saudara itu menjadi anaknya. Kemakmuran Negeri Serule membuat Raja Linge menjadi iri. Raja Linge berbuat jahat dengan melenyapkan Muria.
Suatu hari segenap raja kecil Aceh berkumpul di istana Sultan Aceh. Raja Linge duduk berseberangan dengan Raja Serule Raja-raja itu mempersembahkan upeti kepada Sultan Aceh. Sengede ikut menemani Raja Serule, tetapi ia menunggu di luar. Sambil menunggu Raja Serule, Sengede melukis seekor gajah berwarna putih.
Lukisan Sengede menarik perhatian Putri Sultan Aceh, Sang Putri meminta ayahnya mencarikan gajah itu. Sultan Aceh pun memerintah Raja Serule dan Raja Linge untuk mencarinya.
Pada suatu malam Sengede bermimpi bertemu Muria. "Carilah gajah putih itu di tepi Sungai Samarkilang!" kata Muria. "Gajah putih itu adalah penjelmaan diriku," ucapnya lagi.
Pagi harinya Sengede dan Raja Serule menuju Samarkilang. Setelah lama mencari, mereka menjumpai gajah putih itu. Gajah itu berlari dan tiba-tiba berhenti. Gajah diam membatu tidak mau menuruti ajakan Sengede dan Raja Serule.
Sengede dan Raja Serule putus asa membujuk sang Gajah. Sengede kemudian bernyanyi untuk menarik perhatian gajah itu. la bernyanyi sambil menggerak-gerakkan tubuhnya. Gajah mulai bergerak dan bangkit mengikuti Sengede Raja Serule pun ikut menari.
Sengede semakin bersemangat dan terus menari sambil berjalan. Gajah itu mengikuti langkahnya sampai ke istana Sultan Aceh. Sesampainya di istana Sultan Aceh, gajah putih itu diserahkan kepada sultan. Tarian yang dilakukan oleh Sengede masih dikenal hingga sekarang. Masyarakat Aceh menyebutnya dengan nama Tari Guel.