Koneksi Antarmateri Modul 3.1


Ki Hajar Dewantara adalah sosok pendidikan di Indonesia. Beliau mencetuskan trilogi semboyan yang sangat popular dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan) yang kini menjadi insiprasi besar bagi kalangan guru dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut  memajukan pendidikan bagi bangsa Indonesia.

Selain itu, beliau juga memiliki beberapa pemikiran tentang pendidikan. Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga anak dapat mencapai titik keselamatan dan kebahagian yang setinggi - tingginya. Dalam hal ini menuntun bukan pada kodrat dasarnya tapi menuntun untuk memperbaiki tingkah lakunya. Pemikiran selanjutnya adalah  pendidik diibaratkan petani yang menanam padi. Dalam menanam padi menjadi beras yang unggul petani akan memiliki berbagai cara dan akan sabar mengurusnya. Ketika menanam padi dengan menanam jagung tentu memiliki cara yang berbeda dan perlakukan yang berbeda pula. Sama halnya dengan pendidik dalam kegiatan pembelajaran guru harus mampu menghadirkan pembelajaran yang memenuhi segala kebutuhan belajar murid.

Selanjutnya, menurut Ki Hajar Dewantar bahwa seorang guru harus menghamba pada anak. Artinya, pendidikan harus berorientsi pada kebutuhan anak sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatmya. Guru harus mampu memberikan pelayanan pendidikan terbaik bagi anak dan dapat menghadirkan pembelajaran bermakna.

Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka di atas memiliki pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pemikiran di atas dipandang masih sangat relevan dengan pendidikan saat ini. Segala keputusan yang diambil oleh seorang pendidik diharapkan dapat menerapkan pemikiran sebagaimana di ungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara tersebut.

Tidak dipungkiri, nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Tentu saja semua memerlukan pertimbangan yang matang. Berdasarkan pertimbangan nilai-nilai positif dalam diri, tentu saja akan mempermudah dalam mengambil keputusan. Hasil terbaik adalah orientasi, pengambilan keputusan adalah proses.

Upaya lain yang dapat membantu kita dalam mengambil sebuah keputusan adalah kegiatan coaching. Coaching adalah suatu upaya dalam membuka jalan bagi coachee dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Dalam kegiatan coaching, coach harus mampu menggali permasalahan melalui pertanyaan pemantik yang dapat merangsang coachee untuk berpikir kreatif. Seorang coachee akan mengambil sebuah keputusan tepat untuk memecahkan permasalahannya.

Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam suatu ekosistem sekolah adalah sebuah tantangan yang harus dicarikan jalan keluar, bukan dibiarkan. Ketika permaslahan dibiarkan, tentu akan menghambat program yang telah direncanakan. Permasalahan tersebut dapat berupa dilema etika atau bujukan moral. Bagi sebaik besar pendidik, permsalahan berupa bujukan moral lebih mudah dihadapi karena menyangkut idealisme seorang pendidik. Hitam putih dari permasalahan tersebut sudah jelas. Tergantung bagaimana nilai positif dalam diri menyikapinya. Sedangkan permasalahan yang menyangkut dilema etika sering kali kita dihadapkan dengan pertimbangan-pertimbangan khusus yang kerap kali berseberangan dengan hal-hal normatif. Tergantung dari sisi mana kita memandangnya, semua bermuara pada kebaikan.

Dalam mengambil keputusan yang tepat, ada beberapa hal yang diharus diperhatikan. Kita terlebih dahulu mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi  apakah termasuk dilema etika atau bujukan moral. Selanjutnya menentukan prinsip berpikir dan paradigram dalam memandang permasalahan tersebut, kemudian menerapkan 9 langkah dalam mengambil keputusan. Bukan mustihil jika kita menerapkan langkah-langkah tersebut  akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam sebuah ekosistem sekolah tentu saja akan menemukan aral rintangan dalam upaya mengambil sebuah keputusan yang tepat. Semua akan berbenturan dengan banyak hal termasuk paradifma berpikir dalam ekosistem sekolah tersebut. Hal tersebut wajar dalam sebuah kemajemukan. Akan tetapi dengan bersinergi dan bekerja sama satu sama lain akan membawa kita pada satu visi.

Pada akhirnya, pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan kelas merdeka belajar. Kelas yang dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan belajar murid dan terlepas dari belenggu permalahan dalam pembelajaran. Dengan demikian murid tidak pernah lagi terjebak dalam pembelajaran yang menjemukan.

Seorang pemimpin pembelajaran harus cakap dalam mengambil keputusan. Benar salah dalam pengambilan keputusan akan berpengaruh pada kehidupan atau masa depan murid-murid. Tentu saja kita akan mengambil keputusan terbaik demi kebaikan murid kita. Keutusan tersebut harus kita ambil walaupun kerap kali harus dihadapkan pada benturan idealisme kita. Apapun itu, keputusan terbaik demi masa depan yang baik pula.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan visi misi yang telah dirumuskan. Keputusan yang menciptakan ruang merdeka belajar. Keputusan yang berpegang pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Keputusan yang dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan belajar murid.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama