Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Tidak pernah terbayangkan, bahwa apa yang saya pikirkan dan terapkan selama ini ternyata jauh dari pemikiran KHD. Tadinya saya menganut pemikiran bahwa siswa itu seperti kertas putih polos yang siap diwarnai, siap di coret, siap ditulis oleh guru. Terkesan siswa hanya objek pasif dalam pembelajaran. 

Sedangkan dalam pembelajaran, guru adalah pusat pembelajaran yang siap mentransfer ilmunya kepada siswa yang lebih berorietasi pada ranah kognitif semata.

Ternyata pemikiran selama ini salah. Anak bukanlah “kertas kosong”. Anak memiliki potensi dan karakter yang tersimpan pada alam bawah sadarnya. Jadi, guru berperan dalam menuntun dan membimbing anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki tersebut. 

Guru harus menghamba pada anak dengan memberikan pelayanan yang terbaik melalui “merdeka belajar” dengan penuh rasa kasih sayang. Selain itu, guru harus mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan. Salah satu upaya guru adalah melalui permainan. Hal ini mengingat kodrat anak-anak adalah bermain. Jadi, pendidikan adalah taman bermain bagi anak. 

Hal yang tidak kalah penting adalah guru harus mampu menjadi teladan bagi siswa, menjadi contoh melalui penerapan budaya-budaya positif dalam kehidupan sehari-hari.

Saya harus berbenah. Perubahan besar harus dimulai dari sekarang. Saya akan mendesain pembelajaran yang memberikan ruang “merdeka belajar” bagi siswa. Pembelajaran tersebut harus memperhatikan potensi dan karakter masing-masing siswa. 

Oleh karena itu saya harus mengindentifikasi sedini mungkin potensi, minat, dan kodrat dari masing-masing peserta didik. Selain itu, saya akan mewujudkan profil pelajar Pancasila pada diri siswa seperti beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama